News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Cerita Rakyat Terjadinya Danau Ayamaru

Cerita Rakyat Terjadinya Danau Ayamaru

Cerita Rakyat Terjadinya Danau Ayamaru dituturkan kembali oleh Drs Mika Duwit

Cerita Rakyat Terjadinya Danau Ayamaru

Tersebutlah pada jaman dahulu kala, hiduplah sejumlah marga yang mendiami suatu tempat di lereng gunung yang berbatu, gersang dan sangat sulit mendapatkan sumber air. Mereka hanya mendapati sebuah pancuran yang digunakan untuk air minum, memasak dan mandi. Di salah satu kampung yang gersang itu, hiduplah seorang bapa bernama Orain Hulumbles. Ia memiliki kebun yang ditanami keladi, kasbi (singkong) dan petatas (ketela rambat), hasil kebunnya berlimpah ruah. Setiap hari istri Orain Hulumbles memasak hasil kebun untuk keluarganya. Orain Hulumbles melihat masakan istrinya berupa keladi, kasbi dan petatas itu mengepul panas dan tampak lezat tetapi sayang tidak ada lauk yang melengkapi hidangan lezat itu. Hingga suatu pagi, Orain Hulumbles diam-diam pergi berburu tanpa memberitahu istrinya, sebab Orain Hulumbles meyakini adat setempat jika berburu tidak boleh diketahui orang lain karena nantinya tidak akan memperoleh hasil buruan.

Ia pun pergi berburu bersama anjingnya yang diberi nama Afes. “Ayo, Afes, kita berburu ke hutan,“ ajak Orain Hulumbles seraya berlari ke hutan diikuti anjing setianya, Afes. Dengan membawa alat berburu, parang dan panah mereka pun masuk ke dalam hutan. Setelah berjalan cukup jauh, Afes mencium bau seekor musang dan menggonggong dengan keras, menunjukkan kepada Orain Hulumbles ada binatang buruan. Afes pun terus menggonggong dan sibuk mengendus jejak kaki musang yang terus di kejarnya diikuti Orain Hulumbles. “Hei, Afes, ayo, kejar terus musang itu!” teriak Orain Hulumbles sambil berlari mengikuti jejak anjingnya dan musang hitam yang kian dekat. Mendengar suara gonggongan Afes dan teriakan Orain Hulumbles, musang hitam itu pun lari terbirit-birit menghindari kejaran dan menuju sebuah liang besar yang ada di hutan itu lalu bersembunyi di dalamnya. Tak berselang waktu lama, sampailah Afes di liang tanah tempat si musang hitam bersembunyi dan mencakar liang itu sambil menggonggong karena mengetahui musang hitam bersembunyi di dalamnya. Melihat anjingnya menggonggong sambil mencakar liang tanah, Orain Hulumbles yang sudah sampai di tempat itu pun lantas memasukkan tangan ke dalam lubang tanah. Tetapi, ia merasa lubang itu sangat dalam dan sempit sehingga tangannya tidak sampai ke dasar lubang. “Hmmhh, lubang ini dalam sekali,“ ujarnya sambil menarik tangan. Ia lalu memotong sebatang kayu panjang kemudian di kerat sehingga ujungnya tajam dan menggunakannya untuk menggali liang tanah tempat musang hitam bersembunyi.

Lubang yang digali Orain Hulumbles sangat dalam hingga melewati tiga lapisan tanah, bagian atas tanah hitam, lapisan kedua berwarna coklat dan lapisan tanah ke tiga berwarna putih. Ketika menggali tanah lapisan putih itulah, tiba-tiba muncul air dan memancar naik hingga ke permukaan lubang yang di gali Hulumbles. “Oh, air ini memancar dari dalam dan deras sekali aliran­ nya, “kata Hulumbles ketakutan. Karena ketakutan, ia pun mengajak anjingnya berlari meninggalkan tempat itu. Tetapi aliran air itu terus mengalir deras mengikuti jejak kaki Orain Hulumbles. Ia bersama anjingnya semakin ketakutan dan menyadari air yang datang itu adalah mos mbetu (air bah) yang sulit di bendung. Setelah sekian lama berlari, ia berusaha mengatasi aliran air yang terus mengejarnya itu dengan meniup buluh tui (bambu kecil) kemudian di tanam dengan penuh keyakinan bisa menghentikan aliran air. Tetapi usahanya sia-sia karena air itu terus mengalir mengikutinya. Orain Hulumbles berusaha mengatasi air yang menge­ jarnya untuk kedua kalinya, air berhasil surut tetapi tibatiba mengalir lebih deras lagi dari pada sebelumnya. Dan usaha untuk membendung air itu pun sia-sia. Hingga tiga kali Hulumbles berusaha membendung luapan air bah tetapi usahanya sia-sia. Akhirnya, karena terus berlari menghindari luapan air, Hulumbles bersama anjingnya merasa lelah, lapar dan tidak berdaya lagi. Mereka pun semakin lama dikelilingi luapan air bah yang terus meninggi. Tanpa bisa menghindar lagi, Hulumbles dan Afes anjingnya mati lemas di dalam genangan air bah itu. Air itu semakin membesar dan membentuk sebuah danau yang lebar dan panjang. Disekeliling danau terdapat deretan gunung yang tampak seperti pagar hidup. Jejak Hulumbles dan anjingnya yang berlari dikejar air bah itu menjadi tiga danau di Maybrat. Danau pertama, tempat Hulumbles menggali lubang tempat musang bersembunyi hingga muncul sumber air dan menjadi air bah itu bernama Maru Mana, yang sekarang lebih dikenal dengan danau Ayamaru. Sementara danau ke dua berada di Kambuaya dan danau ketiga (dwilaya) tempat patung batu Hulumbles dan anjingnya bersemayam berada di Aitinyo. Kini danau Maru Mana lebih dikenal dengan sebutan danau Ayamaru karena letaknya di wilayah distrik Ayamaru.

Air danau Maru Mana sangat jernih, sehingga banyak unggas seperti belibis, angsa, bangau dan jenis burung bermain dan mencari mangsa di tempat itu. Suatu ketika beberapa orang pemuda datang bermain-main di tepian danau. Dan mereka senang melihat burung-burung jinak hinggap di tepian danau, lalu para pemuda itu pun tergerak hati megejar kawanan burung yang tengah asyik mencari mangsa. Saat para pemuda itu sedang asyik mengejar kawanan burung di tepian danau, Bles yang tinggal di sekitar danau melihat dan menegur mereka. “Kukek nesom mam aya maee ruee…ruee,!” teriak Bles.

Adapun nama Ayamaru memiliki arti jangan mengejar burung di air (danau). Awal mula nama Ayamaru terlahir dari sebuah cerita seorang bapa bernama Bles yang ingin melindungi burung-burung yang hidup di danau Dimana pada masa itu hidup seorang bapa bernama Bles yang tinggal di dekat pinggiran danau Maru Mana. Ia merupakan pemilik tanah di sekitaran danau Maru Mana.

Mendengar teriakan Bles, anak-anak muda yang sedang mengejar burung dan unggas itu pun berlalu dari tepian danau. Teriakan Bles yang menyampaikan pesan agar jangan mengejar burung di danau itu pun kini diabadikan menjadi nama tempat di dataran seputaran danau Maru Mana. Bles kala itu meneriakkan Aya yang artinya air, Ma artinya jangan dan Ru artinya burung ketika disambung secara lengkap Ayamaru. Dan tempat disekitaran danau sekarang menjadi sebuah tempat bernama Ayamaru, salah satu wilayah distrik di Kabupaten Maybrat.

Sumber data: alm Anthon Solosa dan dituturkan kembali oleh Drs Mika Duwit.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar